Juruselamat (Lagi)

20 Jul

Beberapa waktu yang lalu, seorang rekan menyurati saya dan menanyakan suatu kasus bahasa perihal kebakuan. Salah satu penerjemah di kantornya merasa keberatan dengan penggunaan bentuk Juru Selamat. Ia berkeras bahwa bentuk yang benar adalah Juruselamat.Kasus ini sebenarnya sempat saya angkat dalam Juruselamat Dua Ribu Tahun Lalu. Namun, surat rekan saya itu menggelitik saya untuk mengangkatnya lagi. Apalagi ia menyebutkan alasan keberatan rekan penerjemahnya itu.

Masih seperti penjelasan sebelumnya, bentuk yang benar bukanlah juruselamat, melainkan juru selamat. Kelompok kata ini disebut kata majemuk, yang dibuktikan dari keeratan hubungan dari dua kata tersebut sehingga tidak dapat disisipi kata lain (band. dengan sepak bola, yang dapat disisipi kata, misalnya, saja).

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (2002: 482-483) mencatat ada empat arti dari lema juru. Pertama, orang yang pandai dalam suatu pekerjaan yang memerlukan latihan, kecakapan, dan kecermatan (keterampilan). Kedua, lema juru yang dilabeli arkais, diikuti kata menjuru (kategori verba), yaitu menjorok, menganjur. Ketiga, juru yang diartikan juga sebagai arah. Akhirnya, juru yang dilabeli nomina, yaitu pangkat struktural pegawai negeri sipil golongan I/c, satu tingkat di bawah juru tingkat satu, satu tingkat di atas juru muda tingkat satu. Dari keempatnya, tentulah arti yang pertama yang lebih cocok.

Adapun kata juru (sesuai arti yang pertama), selain pada kata juru selamat, terdapat pula sejumlah variasi lain. Sebut saja, juru tulis, juru masak, juru bicara, juru api, dan lain-lain.

Akhirnya, sekali lagi, kita menuliskan Juru Selamat, diawali huruf kapital pada kedua kata tersebut, karena mengacu pada pribadi Yesus Kristus, sosok yang tidak hanya pandai/cakap, tapi juga ahli, dan satu-satunya ahli, dalam melakukan pekerjaan “menyelamatkan umat manusia” dari murka Allah.

Nah, penerjemah tersebut menyebutkan alasan penolakan yang tidak tepat. Dari rangkaian surat rekan saya itu, penerjemah mereka itu menyebutkan bahwa Juruselamat merupakan jargon Kristen yang tidak dapat diganggu gugat, yang mengungkapkan peran Yesus sebagai penebus manusia.

Benar, bahwa kata tersebut menyatakan peran yang hanya dapat dilakukan oleh Yesus. Akan tetapi, tidaklah benar bahwa kata tersebut merupakan jargon Kristen semata sehingga segala pihak mesti mengikuti penulisannya. Sebagai bukti, kita sering mendengar penggunaan juru selamat dalam percakapan sehari-hari, meskipun penggunaannya tidaklah berhubungan dengan aspek teologis sekalipun.

Mengenai hal ini, pertama-tama harus ditekankan bahwa jargon dan penulisannya merupakan dua hal yang berbeda. Sehingga tidaklah pada tempatnya mengatakan bahwa karena jargon Kristen, bentuk yang baku adalah juruselamat. Kedua, bentuk juruselamat hanya baku bila melihat Alkitab cetakan lama. Ingat pula, bahasa terus berkembang dengan kaidah yang mengikutinya pula. Oleh karena itu, jangan heran bila pada ejaan sebelumnya, juruselamat merupakan bentuk yang benar. Hanya saja, setelah sedikit membongkarnya, tampaklah jelas bahwa juru selamat adalah penulisan yang benar.

Di sisi lain, sikap berkeras yang dilakukan oleh penerjemah rekan saya itu tentulah bukan sikap yang baik. Hal ini tidak sekadar menghambat perkembangan bahasa, namun juga memperkenalkan bahasa yang tidak benar pada jemaat. Apalagi sejauh ini saya tidak melihat kaitan yang erat dari segi teologisnya, terutama ketika melihat penekanannya hanya kepada jargon Kristen.

4 Responses to “Juruselamat (Lagi)”

  1. yoto July 25, 2007 at 2:10 pm #

    Saya setuju sekali. Banyak orang menyangka bahwa juru selamat merupakan jargon kristen semata. Pandangan seperti itu tentu sangat menggelikan. Lalu disebut apa penyelamat hidup kalau bukan juru selamat(yang menyelamatkan)?

    Mohon maaf kalau ada kesalahan komentar.

  2. bennylin September 23, 2007 at 8:51 pm #

    meneruskan komentar saya di postingan “Juru Selamat” sebelumnya, mungkin kalau diberi awalan Sang – Sang Juru Selamat, maka tidak lain gelar tersebut menunjuk kepada Tuhan Yesus. “Juru selamat” sendiri saya setuju tidak melulu digunakan orang Kristen.

  3. Emanuel Setio Dewo December 5, 2007 at 9:18 pm #

    Iya, setuju dengan BennyLin. Saya lebih setuju dengan “Sang Juru Selamat” sebagai perujuk pribadi YesuS Kristus.

    GBU

  4. indonesiasaram December 5, 2007 at 10:09 pm #

    Terima kasih untuk semua respons yang masuk. Saya kira, baik kita yang menggunakan Juru Selamat, maupun Sang Juru Selamat, selama kita mengarahkannya pada Pribadi yang dalam iman kita percaya sebagai Pribadi yang menyelamatkan kita, tidak terlalu menjadi masalah. Doa saya, kita tetap berpegang teguh pada Kristus Yesus semata.

Leave a comment